Hoampimpa
2 min readJul 4, 2020

Tak Mampu Bercerita pada Diri Sendiri

Malam ini pikiranku terbang melayang jauh hingga sampai di pintu ruang tengah di ruang kerja bapak. Selarut ini, bapak masih terjaga di ruangan itu. aku memberi salam, menundukkan kepalaku, ku jabat dengan kedua tanganku juga aku mencium tangannya..

ku berjalan menuju kamar ibu…

mendapati ibu meringkuk dalam selimut tebalnya, aku berjalan masuk ke arah ibu. ku pandang wajahnya sembari menahan nafas, takut ia terbangun karena merasakan kehadiranku. Rasanya baru kemarin, saat aku masih duduk di bangku tk dan melihat ibu menangis melepas kepergianku ke pesantren. Keriput di wajahnya belum banyak terlihat seperti sekarang. ternyata itu sudah 18 tahun lalu ya buu. “ibuu.. terimakasih sudah berjuang sampai sejauh ini menemani ku menjalani kehidupan, doa-doa ibu yang selalu menjagaku dan membantuku menemukan kebaikan-kebaikan di setiap jalan yang ku lalui. Semoga tidak lelah, krn sepertinya perjalanan yang harus ku tempuh untuk membuat ibu tersenyum masih sangat jauhh”

hampir menetes air mataku, buru-buru ku tinggalkan kamar ibu menuju kamarku yang tepat berada di depan kamar ibu. ku rebahkan tubuhku. aku menangis…agar tidak seseunggukan, sedikit ku tahan sampai terasa sakit di ujung tenggorokan.

kesadaranku kembali, aku sedang duduk di menghadap layar laptop yang tidak membuka apapun hanya terpampang foto mama-mama dari timor leste yang menjadi wallpaper laptopku. “Ini di Jogja!”. itu tadi hanya imajinasiku saja, yang benar-benar terjadi adalah air mata yang perlahan menetes dan hidung yang basah. aku mulai sesenggukan, seolah merasakan kehadiran ibu. jika memang benar, berarti ini kedua kalinya ibu melihatku menangis setelah terakhir mungkin ketika aku masih digendong bapak kemana-mana.

kali ini, aku tak bisa mengidentifikasi bahkan memberitahu diriku sendiri mengapa sampai meneteskan air mata. Entah, tidak bisa menceritakan pada diri sendiri karena memang benar-benar tidak bisa, atau karena saking banyaknya hal yang mengganggu fikiran dan perasaanku.

Yang jelas…kesedihan ku saat ini juga krn aku merindukan ibuku di rumah. Rasanya aku ingin mengucapkan banyak terimakasih kepadanya yang telah membuatku tetap tegar, menjadi satu-satunya orang yang percaya dan mendukungku, untuk tetap melangkah di jalan yang sedang coba aku buat.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

No responses yet

Write a response